22.1.13
Contoh Teks Ceramah: HIKMAH MAULID NABI MUHAMMAD SAW
HIKMAH MAULID NABI MUHAMMAD SAW
oleh PROF. DR. M.
QURAISH SHIHAB.
Kenal Allah ?
Orang yang beriman pasti percaya kepada Allah. Nah kalo Anda kenal dan percaya
pada Allah dan percaya bahwa Allah itu menentukan kebahagiaan dan kesengsaraan
Anda. Maukah Anda mengetahui apa yang disukai dan tidak disukai-Nya ? Mau,
kalau memang Anda percaya bahwa Dia adalah Wujud.
Kalau orang
yang beriman pasti percaya bahwa Dia yang mencipta dan mengatur alam semesta
ini, lalu bagaimana berhubungan dengan Beliau ? Apa sajakah yang Dia sukai dan
apa sajakah yang tidak Dia sukai ?
Disini perlu
ada yang menjelaskan kepada kita.
Ada tidak
yang menurut Anda orang yang lengah/salah ? Pasti ada, perlukah orang tersebut
diingatkan ? Kalo kita sayang orang tersebut maka kita perlu mengingatkan.
Ada tidak
diantara manusia yang lengah ? Banyak. Perlukah diingatkan ? Perlu.
Siapa yang
memberitahu tentang Allah ? Siapa yang mengingatkan yang lengah ? Siapa yang
menjelaskan apa yang Dia sukai dan tidak Dia sukai ? Rasul.
Allah
menyampaikan pada Rasul. Rasul yang menyampaikan pada umatnya. Kita manusia,
hati kita kotor, kecerdasan terbatas, tidak bisa langsung kepada Allah. Maka
Allah memilih beberapa orang untuk menjadi rasul untuk dapat menyampaikannya
kepada kita.
Itu yang
disebut Allah dalam surat Al-Bayyinah ayat 1 :”Orang-orang kafir yakni ahli
Kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan
(agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata”. Maka Allah mengutus
Rasul-Nya, seperti yang disebutkan dalam ayat 2 :”(yaitu) seorang Rasul dari
Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (Al Quran)”.
Jadi Rasul merupakan bukti
kebenaran. Sebagai contoh :
Ada orang
mengaku dokter, percaya atau tidak ? belum, mungkin dia pembohong, saya perlu
bukti bahwa dia seorang dokter. Cara membuktikan dia seorang dokter bisa dengan
melihat ada yang berobat padanya dandiberi obat lalu dia sembuh. Ok deh, dia
memang dokter. Bisa juga dengan melihat ijasahnya sebagai jalan pintasnya.
Nah, Nabi
Muhammad saw diutus, dikatakan oleh ayat tersebut di atas bahwa Rasul adalah
sebagai bukti yang nyata. Di surat An-Nisa “Hai seluruh manusia, telah datang
kepada kamu bukti yang nyata, dan kami menurunkan kepada kamu cahaya Al-Quran”.
Bukti yang nyata adalah Rasulullah saw. Kalau ada satu orang lahir di pedalaman
yang tidak memiliki peradaban, miskin, yatim, tidak pandai membaca dan menulis.
Mungkinkah secara logika orang tersebut menjadi orang yang hebat ? Sangat tidak
mungkin.
Nabi Muhammad
saw lahir di Mekkah yang tidak berperadaban, yatim, miskin, tidak pandai
membaca dan menulis. Tapi menyampaikan hal-hal yang luar biasa, berhasil
meruntuhkan dua emperium Romawi dan Persia hanya dalam waktu 20 tahun lebih.
Dipelajari sejarahnya, ternyata beliau adalah orang yang paling hebat.
Bukankah itu bukti ? Kenapa sih
Nabi Muhammad saw lahir yatim ? Kenapa Nabi Muhammad saw tidak pandai membaca
dan menulis ?
Kenapa Nabi
Muhammad saw begitu lahir diasingkan ke pedalaman menjauhi ibunya ? Itu semua
diatur Tuhan.
Karena Tuhan
yang berkehendak mendidik langsung Nabi Muhammad saw. Seandainya bapaknya masih
hidup, maka bapaknya yang akan mendidiknya, akan terpengaruh oleh bapaknya.
Kalo dengan ibunya, ibunya bisa mempengaruhinya. Kalau dia pandai membaca,
bacaan akan mempengaruhinya. Karena itu, di Surat Al-A’raaf : “Wahai Nabi
Muhammad, katakanlah aku ini pesuruh Allah kepadamu semua,
Allah pemilik
penguasa langit dan bumi, tidak ada Tuhan, tidak ada yang menguasai alam raya
ini kecuali Dia, Allah yang menghidupkan dan mematikan”. “Maka percayalah
kepada Allah, dan percaya juga kepada RasulNya, Nabi yang ummiy (yang tidak
pandai membaca dan menulis).” Karena kalo Nabi pandai membaca dan menulis,
orang lain akan mengira bahwa Nabi kita tahu dari bacaan2nya. Jadi kita tidak
perlu malu untuk berkata Nabi Muhammad saw tidak pandai membaca dan menulis.
Lanjutan surat
tersebut :”Yang percaya pada Allah”. Jadi jangan duga dia menyuruh orang untuk
percaya padahal dirinya tidak percaya. “Maka ikutilah dia, supaya kamu mendapat
petunjuk”. Apakah cukup kita percaya kepada Nabi bahwa dia memang Nabi ? Tidak
cukup, perhatikan ayat di atas tersebut, “Ikuti Nabi”. Tetapi “mengikuti Nabi”
juga harus cerdas. Tidak semua yang dilakukan Nabi itu, harus diikuti. Nabi kawin
dengan 9 perempuan sekaligus, kita tidak bisa begitu. Nabi kalo tidur, tidak
batal wudhunya. Jadi tidak bisa semua diikuti. Ada yang perlu diikuti, ada yang
tidak boleh diikuti. Harus cerdas pilih2.
Kita lihat
ayat lain, “Hai seluruh manusia, telah datang kepadamu, seorang Rasul.” Apakah
kita yang datang kepadanya atau dia yang datang kepada kita ? Dia yang datang.
Jangan minta orang datang. Dia begitu besar perhatiannya kepada kita, sehingga
dia datang kepada kita. “dari diri kamu”. Rasul yang datang ini sejiwa dengan
kamu. Dia tahu yang maslahat buat kita. Seperti suami isteri sejiwa. Sebelum suami
bicara, isteri sudah tahu. Jadi apa yang disampaikan Rasul pasti kebaikan buat
kamu. “Terasa sangat berat apa yang menyusahkan kamu”. Rasul seperti seorang
yang menyalakan api/lampu. Ada laron datang kesana, laron ini kalo dibiarkan
akan terbakar. Rasul ini sangat2 kasih dan rahmat. “Raufur rahiim”. Rauf itu
adalah memberikan rahmat sesuai dengan apa yang dimilikinya. Rahim adalah
memberikan rahmat sesuai apa yang dibutuhkan oleh yang diberi.
Mana yang
lebih baik antara Rauf dan Rahim ? Dua-duanya baik, tapi mana yang lebih baik ?
Semisal saya kasih contoh : Kalo Anda punya uang 10 juta. Ada seorang
peminta-minta datang kepada Anda. Kalau Anda Rauf, maka apa yang Anda miliki
diserahkan kepadanya, tapi kalo Rahim, pengemis itu butuh berapa sih dari Anda
? paling 100 ribu, Anda beri 100 ribu.
Jadi Rahim
adalah memberikan sesuai dengan kebutuhan, Rafa atau Rauf itu memberikan sesuai
yang Anda miliki. Nabi Muhammad saw itu Raufun, karena dia mempunyai hubungan
yang akrab dengan kamu. Inti dari sini, adalah Nabi Muhammad saw itu sangat
kasih kepada umatnya dan lebih kasih lagi kepada umatnya yang taat kepada Allah
dan RasulNya.
Pertanyaan :
1.
Sampai sekarang kita sebagai umat Nabi Muhammad saw
belum melihat lukisan wajah Rasulullah, sebagai pelukis bolehkah saya melukis
atau memvisualisasikan wajah beliau dan begitu juga dengan wajah-wajah Nabi
yang lain ?
Ada dua sisi
yang ingin saya jelaskan. Dari segi teori, kita bisa melukiskan bagaimana
perawakan dan wajah Nabi Muhammad saw. Kenapa ? Karena riwayat2 yang sampai
kepada kita yang menjelaskan tentang sosok
Nabi Muhammad
saw sangat sempurna. Dahinya lebar, alisnya tebal hitam, rambutnya terurai
sampai ke telinganya. Giginya sedikit jarang, gigi depannya ada yang patah kena
tombak. Itu tergambar semua.
Bagaimana kalo
berbicara ? Beliau kalo berbicara sering memukul telapak tangan kirinya dengan
jari telunjuknya, gigit-gigit bibirnya. Dari segi teori tidak ada masalah.
Tapi dalam
ajaran agama, ada yang dinamakan “Sadd
adz-Dzara’i/menutup kemungkinan”. Kalau itu dibiarkan, banyak orang yang
akan melukis, bisa terbuang-buang di jalan. Tersinggungkah kita ? Daripada
tersinggung dan daripada salah, dilarang. Juga tidak boleh difilmkan, nanti
khawatir setelah difilmkan pemeran yang sebagai Nabi sedang foya-foya di tempat
lain. Itu jalan untuk mencegah kejadian yang tidak diinginkan terhadap gambaran
terhadap Nabi. Termasuk juga supaya Nabi tidak dikultuskan. Bisa juga nanti
gambaran terhadap Nabi juga bisa dihina. Kalau mau tahu Nabi, pelajari saja
kehidupan dan akhlak beliau.
2.
Ada 2 riwayat yang mengatakan Nabi pernah
dibelah dadanya, pertama ketika masih kecil dan ketika beliau Mi’raj. Apakah
itu kisah simbolik saja dan apakah tujuannya ?
Betul, memang
ada riwayat seperti itu. Riwayat itu bahkan ada yang menguatkannya dengan
firman Allah “Alam Nasrah laka Shadraka”,
yang mereka artikan dengan “Bukankah Kami telah membelah dadamu ?”. Tetapi penafsiran
ayat tersebut tidak kuat, tidak disepakati ulama.
Riwayatnya juga
mengatakan begitu, ada yg mengatakan ketika beliau muda kecil dan ketika hendak
Mi’raj. Riwayat ini ada yang menerimanya dan ada juga yang menolaknya. Hal
demikian tersebut, bukanlah sesuatu yang wajib kita percayai. Mau percaya
silakan, tidak percaya juga tidak apa-apa.
Sekarang
ditanya, apa tujuannya ? Bagi mereka yang berkata, dada beliau dibelah, supaya
dikeluarkan kotorannya. Tapi ada yang berkata tidak, itu terdapat dalam satu
bacaan maulid yang populer, “Para malaikat itu tidak mengeluarkan sesuatu yang
buruk dari dadanya, tapi ditambah cahaya diatas cahaya ke dalam dada beliau”.
Jadi beda-beda pendapat.
Saya (Quraish
Shihab) kalo ditanya, saya tidak percaya ada sesuatu yang buruk yang terdapat
dalam diri Nabi Muhammad saw. Allah sudah ciptakan beliau sempurna untuk jadi
tauladan, jadi tidak ada yang buruk.
Kalaupun
riwayat itu akan kita terima, kita akan berkata, itu akan menambah cahaya di
atas cahaya ke dalam diri beliau.
3.
Bagaimana pendapat Bapak, tradisi membaca
shalawat kepada Nabi dalam bahasa Arab ?
Saya (Quraish
Shihab) mau bertanya terlebih dahulu, siapa yang paling berjasa kepada kita ?
Orang yang paling berjasa adalah orang yang menyelematkan kita dunia akhirat.
Bagi kita, adalah Nabi Muhammad saw. Bisakah kita berterima kasih kepada beliau
? Bisakah kita membalas budinya tersebut ? Tidak bisa.
`Allah pernah
memerintah, kalau ada orang yang ingin menghadap Rasul harus membayar sesuatu
supaya Nabi bisa bersedekah dari uang tersebut. Tapi baru satu orang yang
melaksanakan, lantas Allah membatalkan perintah tersebut, karena orang tidak
bisa membalas budi baik Nabi. Jadi bagaimana cara membalas budi baiknya ?
Karena kita
manusia tidak bisa, maka kita minta kepada Allah, “Ya Allah balas budinya”.
Itulah shalawat.
Allahumma shalli ala Muhammad, Ya Allah
curahkan rahmat kepada Nabi Muhammad saw. Kenapa saya minta kepadaMu ya Allah ?
Karena saya tidak bisa membalasnya.
Nah, shalawat
ini ada yang diajarkan Nabi, ada pula yang disusun ulama, tetapi selama intinya
menggambarkan penghormatan kepada Nabi, atau intinya selama menggambarkan
kesyukuran kepada Nabi, maka boleh-boleh saja. Tidak harus dalam bahasa Arab,
dalam bahasa Indonesia pun boleh selama ingin mengagungkan beliau, itu baik.
Pemberian
shalawatpun ada perintah. Tidak ada perintah Allah yang didahului Allah
melakukannya selain shalawat. Innallaha
wa malaaikatahu yushalluna alan Nabii. “Allah dan para malaikat bershalawat
kepada Nabi, wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kepada Nabi”. Siapa
yang lebih dulu bershalawat ? Allah.
Itu sebabnya
orang dianggap sangat kikir jika tidak mau shalawat kepada Nabi. Hanya disuruh
bershalawat saja tidak mau. Anda tidak rugi diminta untuk bershalawat (meminta
pada Allah agar memberi kepada Nabi rahmat). Itupun kata Allah, kalau kamu
minta/bershalawat, maka akan Aku beri juga kepadamu. Itu sebabnya orang yang tidak
bershalawat itu sangat kikir, sangat tidak tahu budi.
4.
Ada orang seseorang yang mengaku bermimpi
bertemu dengan Rasulullah, bagaimana pandangan Islam mengenai hal ini ?
Mimpi itu
bermacam-macam, ada mimpi karena terdapat keinginan yang meluap, tidak terwujud
di dunia nyata masuk ke dunia mimpi. Ada mimpi akibat keadaan yang sedang
dialami oleh orang yang sedang tidur. Misal ada tali di lehernya, dia mimpi
tercekik. Ada yang mimpi sudah berada di kamar mandi, dan dia merasa sudah
ingin buang air kecil, ternyata setelah tersadar dia mengompol.
Ada mimpi yang
dibuat oleh syetan. Ada syetan yang memang khusus buat Anda bermimpi buruk.
Jadi itu mimpi bohong. Ada mimpi yang benar. Diantara mimpi yang benar adalah
yang memimpikan Nabi Muhammad saw. “Siapa yang memimpikan saya waktu tidur,
maka betul-betul sudah mimpi saya, karena syetan tidak bisa menyerupai saya
walau dalam mimpi”, sabda Rasulullah saw.
Ada orang mimpi
seorang Nabi bahkan mimpi ketemu Tuhan, itu syetan yang bikin. Itu menyerupai
dan bohong. Tapi kalau mimpi Nabi Muhammad saw, itu benar. Orang bermimpi Nabi
Muhammad saw itu suatu hal yang istimewa. Bagaimana rasanya orang yang Anda
hormati berkunjung pada Anda walaupun dalam mimpi ?
5.
Dari sekian banyak Nabi yang diutus, maka
bagaimana posisi Rasulullah ? Kemudian ajaran yang datang sebelumnya apakah
belum lengkap atau bagaimana ?
Masyarakat
manusia berkembang terus. Ambil contoh anak kecil. Anak kecil waktu masih bayi
belum dikasih nasi, makanannya hanya ASI. Setelah sekian bulan, baru ditambah
ASI dengan makanan lain. Setelah itu, dia boleh makan nasi dan seterusnya, tapi
masih disuapi. Setelah dewasa, dia makan sendiri.
Perkembangan
masyarakat seperti itu juga. Setiap nabi membawa ajaran sesuai dengan
perkembangan masyarakat saat itu juga. Setelah umat manusia mencapai tahap
kedewasaan, maka datanglah Nabi Muhammad saw menyempurnakan semua yang masih
kurang. Nabi Isa as, ajarannya sesuai dengan masyarakat ketika itu. Nabi Nuh
demikian juga. Ajaran Nabi Muhammad saw kepada umat manusia ketika umat manusia
mencapai kedewasaannya.
Itulah
sebabnya, ajaran nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad saw sangat rinci, tapi ajaran
Nabi Muhammad saw tidak rinci. Ajaran Nabi Muhammad saw yang rinci adalah
hal-hal yang tidak diketahui oleh nalar. Seperti tentang hari kemudian, itu
rinci. Dan yang rinci itu adalah yang tidak bisa berubah lagi. Tapi yang bisa
berubah, yang mengalami perkembangan diserahkan kepada akal manusia untuk menyusunnya
tetapi yang diberikan hanya nilai-nilainya.
Jadi bagaimana
kalau ditanya posisi nabi-nabi yang lalu ? Mereka telah melaksanakan tugasnya
untuk masyarakatnya masing-masing, kalau setelah masyarakat manusia telah
mencapai kedewasaannya maka diutuslah Nabi Muhammad saw membawa ajaran itu.
KESIMPULAN :
1. Umat
manusia membutuhkan Rasul. Karena sekian banyak yang tidak dapat dijangkau oleh
nalar manusia.
2. Rasul
yang diutus Allah ini selalu sesuai dengan perkembangan masyarakat, tetapi
setelah masyarakat manusia telah mencapai kedewasaannya diutuslah Nabi Muhammad
saw. Dan Nabi Muhammad saw itu dijadikan bukti kebenaran, sosoknya adalah bukti
kebenaran, ajarannya Al-Quran adalah bukti kebenaran pula.
3. Kita
tidak hanya dituntut untuk percaya pada Nabi Muhammad saw, tapi juga dituntut
untuk mengikuti/meneladani beliau, hanya saja yang perlu digarisbawahi harus
meneladani secara cerdas.
4. Sifat
Nabi Muhammad saw yang menonjol adalah kasih kepada umatnya, rahmat kepada
seluruh makhluk dan selalu menginginkan kebaikan kepada umat manusia.
Sumber: http://blogpaser.wordpress.com/2012/05/07/hikmah-maulid-nabi-muhammad-saw/
Materi Terkait:
- Contoh: Teks Ceramah Tentang Menggunjing
- Tiga Kewajiban Utama Orang Tua
- Mari Tegakkan Persatuan Umat Islam
Label: contoh Bahan Ceramah, Hikmah Maulid Nabi Muhammad SAW
Berlangganan Postingan [Atom]
Posting Komentar